Hai Sobat Bisnis! Bagi para pebisnis di bidang kuliner, menghitung margin adalah sebuah kewajiban. Margin adalah selisih dari harga jual dengan harga pokok penjualan (HPP). Margin adalah keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan produk kuliner. Adanya margin ini sangat penting untuk menentukan keuntungan dari usaha kuliner yang dijalankan. Bagaimana cara menghitung margin bisnis kuliner? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.
1. Mengerti Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga pokok penjualan (HPP) adalah harga yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dan biaya produksi lainnya yang diperlukan untuk membuat produk kuliner. HPP harus diperhitungkan dengan cermat agar margin yang dihasilkan tidak merugikan bisnis kuliner yang dijalankan.
Contohnya, jika Sobat Bisnis menjual nasi goreng dengan harga Rp 20.000 per porsi dan biaya produksi per porsi nasi goreng adalah Rp 12.000, maka HPP nasi goreng adalah Rp 12.000.
2. Menentukan Harga Jual Produk Kuliner
Setelah mengetahui HPP, langkah selanjutnya adalah menentukan harga jual produk kuliner. Harga jual produk kuliner harus diperhitungkan dengan baik sehingga margin yang dihasilkan bisa optimal. Harga jual produk kuliner biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lokasi usaha, target pasar, dan biaya promosi.
Contohnya, jika Sobat Bisnis menjual nasi goreng dengan HPP Rp 12.000 dan ingin mendapatkan margin sebesar 30%, maka harga jual nasi goreng yang harus ditetapkan adalah:
HPP | Margin | Harga Jual |
---|---|---|
Rp 12.000 | 30% | Rp 17.400 |
3. Memperhitungkan Biaya Operasional
Selain HPP dan harga jual produk kuliner, Sobat Bisnis juga perlu memperhitungkan biaya operasional seperti sewa, listrik, gaji karyawan, dan biaya-biaya lainnya. Biaya-biaya ini juga harus diperhitungkan agar margin yang dihasilkan bisa sesuai dengan yang diharapkan.
Contohnya, jika Sobat Bisnis memiliki biaya operasional sebesar Rp 5.000.000 per bulan dan menjual nasi goreng dengan harga Rp 17.400 per porsi, maka Sobat Bisnis harus menjual minimal 288 porsi nasi goreng per bulan untuk mendapatkan keuntungan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Biaya Operasional / Bulan | Harga Jual Nasi Goreng | Jumlah Porsi Nasi Goreng yang Harus Dijual |
---|---|---|
Rp 5.000.000 | Rp 17.400 | 288 porsi |
4. Menentukan Markup Produk Kuliner
Markup adalah presentase keuntungan yang ditambahkan ke harga pokok penjualan (HPP) untuk menentukan harga jual produk kuliner. Markup biasanya ditentukan oleh pemilik usaha berdasarkan target keuntungan yang ingin diraih.
Contohnya, jika Sobat Bisnis ingin mendapatkan keuntungan sebesar 40% dari setiap penjualan nasi goreng, maka markup yang harus ditentukan adalah:
HPP | Markup | Harga Jual |
---|---|---|
Rp 12.000 | 40% | Rp 16.800 |
5. Memperhitungkan Persentase Keuntungan
Setelah menentukan harga jual produk kuliner, Sobat Bisnis perlu memperhitungkan persentase keuntungan yang ingin diperoleh dari penjualan produk kuliner. Persentase keuntungan ini biasanya ditentukan berdasarkan target keuntungan yang ingin diraih oleh pemilik usaha.
Contohnya, jika Sobat Bisnis ingin mendapatkan keuntungan sebesar 30% dari setiap penjualan nasi goreng, maka harga jual nasi goreng yang harus ditetapkan adalah:
HPP | Margin | Harga Jual |
---|---|---|
Rp 12.000 | 30% | Rp 15.600 |
6. Menghitung Persentase Keuntungan Berdasarkan Harga Jual
Jika Sobat Bisnis sudah menentukan harga jual produk kuliner, maka dapat menghitung persentase keuntungan yang diperoleh berdasarkan harga jual tersebut. Persentase keuntungan ini bisa berbeda-beda tergantung pada harga jual yang ditetapkan.
Contohnya, jika Sobat Bisnis menjual nasi goreng dengan harga Rp 17.400 dan HPP Rp 12.000, maka persentase keuntungan yang diperoleh adalah:
Harga Jual | HPP | Margin | Persentase Keuntungan |
---|---|---|---|
Rp 17.400 | Rp 12.000 | Rp 5.400 | 31% |
7. Menghitung Persentase Keuntungan Berdasarkan Markup
Jika Sobat Bisnis sudah menentukan markup produk kuliner, maka dapat menghitung persentase keuntungan yang diperoleh berdasarkan markup tersebut. Persentase keuntungan ini bisa berbeda-beda tergantung pada markup yang ditetapkan.
Contohnya, jika Sobat Bisnis menentukan markup 40% untuk nasi goreng yang memiliki HPP Rp 12.000, maka harga jual nasi goreng yang didapat adalah Rp 16.800. Persentase keuntungan yang diperoleh adalah:
HPP | Markup | Harga Jual | Margin | Persentase Keuntungan |
---|---|---|---|---|
Rp 12.000 | 40% | Rp 16.800 | Rp 4.800 | 29% |
8. Menghitung Volume Penjualan
Volume penjualan adalah jumlah produk kuliner yang terjual dalam periode tertentu. Volume penjualan harus diperhitungkan dengan cermat agar margin yang dihasilkan bisa optimal. Volume penjualan ini biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu, musim, dan promosi.
Contohnya, jika Sobat Bisnis menjual nasi goreng dengan harga Rp 17.400 dan memiliki target keuntungan sebesar Rp 10.000. Maka untuk mendapatkan keuntungan sebesar Rp 10.000, maka volume penjualan yang diperlukan adalah:
Harga Jual | HPP | Margin | Target Keuntungan | Volume Penjualan |
---|---|---|---|---|
Rp 17.400 | Rp 12.000 | Rp 5.400 | Rp 10.000 | 2 porsi |
9. Menghitung Breakeven Point
Breakeven point adalah titik impas atau titik di mana pendapatan sama dengan biaya. Breakeven point sangat penting untuk menentukan apakah bisnis kuliner yang dijalankan menguntungkan atau tidak. Breakeven point dapat dihitung dengan rumus berikut:
Breakeven Point = Total Biaya Operasional / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
Contohnya, jika total biaya operasional Sobat Bisnis adalah Rp 5.000.000, harga jual nasi goreng Rp 17.400 per porsi, dan biaya variabel per porsi nasi goreng adalah Rp 8.000, maka breakeven point adalah:
Total Biaya Operasional | Harga Jual per Unit | Biaya Variabel per Unit | Breakeven Point |
---|---|---|---|
Rp 5.000.000 | Rp 17.400 | Rp 8.000 | 405 porsi |
10. Menentukan Strategi Harga
Strategi harga adalah cara yang digunakan untuk menentukan harga jual produk kuliner. Strategi harga harus diperhitungkan dengan cermat agar margin yang dihasilkan bisa sesuai dengan target keuntungan yang ingin diraih.
Contohnya, jika Sobat Bisnis menjual nasi goreng, maka dapat menerapkan strategi harga seperti diskon, paket bundling, atau harga promosi.
11. Meningkatkan Volume Penjualan
Untuk meningkatkan volume penjualan, Sobat Bisnis bisa menerapkan berbagai strategi seperti meningkatkan kualitas produk kuliner, melakukan promosi, menambah varian produk, atau memperluas jangkauan bisnis kuliner.
12. Mengoptimalkan Biaya Operasional
Untuk mengoptimalkan biaya operasional, Sobat Bisnis bisa menerapkan berbagai strategi seperti mengurangi penggunaan listrik, memanfaatkan bahan baku yang lebih murah, atau melakukan efisiensi biaya produksi.
13. Menghitung Margin Bersih
Margin bersih adalah keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi biaya operasional dan biaya-biaya lainnya. Margin bersih harus diperhitungkan dengan cermat agar bisnis kuliner yang dijalankan menguntungkan.
Contohnya, jika Sobat Bisnis menjual nasi goreng dengan harga jual Rp 17.400 per porsi, HPP Rp 12.000 per porsi, biaya operasional Rp 5.000.000 per bulan, dan berhasil menjual 400 porsi nasi goreng per bulan, maka margin bersih yang dihasilkan adalah:
Harga Jual per Porsi | HPP per Porsi | Margin per Porsi | Volume Penjualan per Bulan | Total Margin | Biaya Operasional per Bulan | Margin Bersih |
---|---|---|---|---|---|---|
Rp 17.400 | Rp 12.000 | Rp 5.400 | 400 porsi | Rp 2.160.000 | Rp 5.000.000 | Rp -2.840.000 |
14. Menghitung Persentase Keuntungan Bersih
Persentase keuntungan bersih adalah persentase keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi biaya operasional dan biaya-biaya lainnya. Persentase keuntungan bersih harus diperhitungkan dengan cermat agar bisnis kuliner yang dijalankan menguntungkan.
Contohnya, jika Sobat Bisnis menjual nasi goreng dengan harga jual Rp 17.400 per porsi, HPP Rp 12.000 per porsi, biaya operasional Rp 5.000.000 per bulan, dan berhasil menjual 400 porsi nasi goreng per bulan, maka persentase keuntungan bersih yang dihasilkan adalah:
Total Margin | Biaya Operasional per Bulan | Keuntungan Bersih | Penjualan Bersih | Persentase Keuntungan Bersih |
---|---|---|---|---|
Rp 2.160.000 | Rp 5.000.000 | Rp -2.840.000 | Rp 6.960.000 | -41% |
15. Mempersiapkan Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat penting untuk memantau kinerja bisnis kuliner yang dijalankan. Laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, neraca, dan arus kas.
16. Menentukan Target Keuntungan
Menentukan target keuntungan adalah hal yang penting untuk mengetahui apakah bisnis kuliner yang dijalankan menguntungkan atau tidak. Target keuntungan bisa ditentukan berdasarkan besaran persentase keuntungan atau besaran keuntungan rupiah yang ingin diperoleh.
17. Menghitung Persentase Keuntungan Berdasarkan Penjualan
Untuk mengetahui persentase keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan, Sobat Bisnis bisa menghitungnya dengan rumus:
Persentase Keuntungan = (Margin / Harga Jual) x 100%
Contohnya, jika Sobat Bisnis menjual nasi goreng dengan harga jual Rp 17.400 per porsi dan HPP Rp 12.000 per porsi, maka persentase keuntungan yang diperoleh adalah:
Harga Jual per Porsi | HPP per Porsi | Margin per Porsi | Persentase Keuntungan |
---|---|---|---|
Rp 17.400 | Rp 12.000 | Rp 5.400 | 31% |
18. Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) Berdasarkan Persentase Keuntungan
Untuk menghitung HPP berdasarkan persent